Jumat, Agustus 06, 2010

Problem Eksploitasi Produksi PT Semen Tonasa

Hak-hak masyarakat dimana perusahaan itu beroperasi adalah bukan sekedar direkrut menjadi pegawai atau buruh di pabrik, tetapi bagaimana PT. Semen Tonasa itu memperhatikan dengan baik masalah sosial ekonomi masyarakat yang ada di sekitarnya, misalnya menyiapkan sarana pendidikan, kesehatan dan sanitasi serta sarana sosial lainnya.

Rabu, Agustus 04, 2010

Problem Eksploitasi Produksi PT Semen Tonasa




     Eksploitasi sumber daya alam (dapat berarti pengusahaan, pendayagunaan. Tetapi juga berarti pemanfaatan untuk keuntungan sendiri; pengisapan; pemerasan) di pegunungan Karst di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, harus memberikan nilai tambah bagi masyarakat di sekitarnya. Konstribusi positif bagi masyarakat di lokasi itu harus nyata, bukan sekedar memberikan pemasukan Pendapatan Asli daerah (PAD) bagi pemerintah setempat saja, Mengenai perlindungan SDA, Sumber Daya Alam yang ada dapat dimanfaatkan sebagai sumber usaha ekonomi dengan memperhatikan kelestariannya. Karst seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya tetapi harus memberi nilai tambah bagi masyarakat, misalnya membuka kesempatan kerja yang seluas-luasnya dan turut mensejahterakan kehidupan masyarakat setempat.

     PT SEMEN TONASA harus memperhatikan kelestarian dan eksistensi SDA karst dan diback up oleh pemerintah setempat yang dapat mempetakan SDA yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi dan lingkungan dan tidak hanya terfokus pada upaya mengejar keuntungan atau mendongkrak PAD.
Seharusnya pemerintah pusat selaku pemberi ijin investasi, memperhatikan kepentingan dan hak-hak masyarakat di sekitar lokasi ekplorasi.Begitu pula pemerintah daerah agar jangan hanya memberi peluang pada kelompok-kelompok pengusaha tertentu untuk meraup PAD sebanyak-banyaknya sementara hak-hak masyarakat setempat diabaikan.

     Hak-hak masyarakat itu adalah selain direkrut menjadi pegawai atau buruh di pabrik, akan tetapi juga bagaimana pabrik PT Semen Tonasa memperhatikan masalah sosial ekonomi masyarakat yang ada di sekitarnya secara serius, misalnya menyiapkan sarana pendidikan, kesehatan dan sanitasi serta sarana sosial lainnya yang dikelola secara profesional.

     Namun kenyataannya, yang terjadi di lapangan, hak-hak tersebut sangat minim dipenuhi oleh perusahaan sehingga kesan yang ditimbulkan bagi masyarakat bahwa SDA di lokasinya hanya dikuras habis-habisan, sementara dampak negatifnya dituai masyarakat.

     Pasalnya, debu-debu dan jalan rusak tempat truk-truk perusahaan lalu lalang tidak dapat terhindarkan. Jadi, masyarakat hanya menikmati debu-debu yang dapat menimbulkan penyakit asma atau TBC sementara keuntungannya dinikmati pengusaha dan pemerintah. Bisa jadi betul kata masyarakat pendemo ini : "Bapak....!!! Anda yang nikmati hasilnya, kami yang nikmati debunya!"

Minggu, Januari 31, 2010

Incar Wabup, Kepala KPT Mundur

PANGKEP MEMILIH -- Kepala Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Pangkep Abdul Rahman Assegaf mengundurkan diri dari jabatannya. Abdul Rahman mengundurkan diri karena ingin maju sebagai Wakil Bupati Pangkep pada Pilkada Pangkep Juni 2010 mendatang.

Sekretaris Daerah Kabupaten Pangkep Surya Agraria mengaku yang bersangkutan sudah mengajukan surat permohonan persetujuan mengundurkan diri sebagai pejabat negara sejak awal pekan lalu. "Surat itu sekarang ada sama bupati. Tinggal ditandatangani," kata Surya di Kantor Bupati Pangkep, Jumat 29 Januari.

Lantaran peran KPT sangat penting, Surya mengatakan pihaknya akan segera mencarikan pelaksana tugas paling lambat minggu depan. Untuk saat ini, tambah Surya, KPT akan berada dalam kendali langsung Bupati Pangkep hingga pelaksana tugas telah ditunjuk menduduki jabatan tersebut.

Dikonfirmasi terpisah, Abdul Rahman Assegaf mengakui pengunduran dirinya sebagai pejabat negara berkaitan dengan keinginannya untuk terlibat langsung dalam suksesi Pilkada Pangkep.
"Tapi bukan pengunduran diri dari jabatans struktural, ya, tapi aturannya kan, kalau PNS mau maju Pilkada, harus membuat pernyataan bersedia mengundurkan diri kepada atasan apabila terpilih," katanya.

Jika beruntung pada pilkada ini, Abdul Rahman akan menjadi Wakil Bupati Pangkep berpasangan dengan Syamsuddin Hamid Batara yang saat ini tercatat sebagai Ketua DPRD Pangkep. Namun jika tak terpilih, Abdul Rahman akan kembali menjadi PNS. (aha)

Keterangan Resmi Sekda Pangkep soal Meninggalnya Bupati Pangkep

Sekretaris Daerah Pangkep Surya Agraria memberikan keterangan resmi terkait meninggalnya Bupati Pangkep, Syafruddin Nur beberapa saat yang lalu di rumah duka, Jl Skarda N. No 6, Makassar.

Syafruddin Nur meninggal hari Jumat (29/01/2010) pukul 14.15 wita di RS Grestelina, Makassar.

Almarhum Syafruddin dilarikan ke rumah sakit Kamis malam sekitar pukul 22.00 wita karena mengeluh sesak napas. Diduga karena kelelahan.

Sampai pukul 18.30 hari, jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka Jl Skarda N. Setelah itu akan dibawa ke rumah jabatan Bupati Pangkep untuk disemayamkan.

Pada Sabtu (30/01/2010) pagi akan dilakukan upacara pelepasan jenazah almarhum di rumah jabatan Bupati Pangkep Jl Masjid Raya, Pangkep.

Selanjutnya, sekitar pukul 10.00, jenazah akan dibawa kembali ke Makassar untuk dimakamkan di pemakaman keluarga di Pannara, Antang-Makassar

Kamis, Januari 28, 2010

Mahasiswa Pertanyakan Dana DIPA 2009 Politani

PANGKEP -- Realisasi penggunaan dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2009 yang dikucurkan untuk Kampus Politeknik Pertanian (Politani) Pangkep dipertanyakan mahasiswa. Pasalnya, sejumlah item anggaran kegiatan diduga telah disalahgunakan.

"Kami menuntut transparansi dalam penggunaan dana DIPA 2009. Kami menduga ada yang tidak beres dalam pelaksanaannya," ujar Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politani Pangkep, Muhammad Rafli Husain, di sela-sela aksi mahasiswa di dalam Kampus Politani Pangkep, Selasa, 26 Januari.

Rafli menjelaskan, dana DIPA yang diterima Politani Pangkep pada 2009 sebesar Rp 46 miliar. Namun ada beberapa item yang dinilai janggal karena hasilnya tak sebanding dengan anggaran. Di antaranya dana pengadaan bahan praktik sebesar Rp 1,8 miliar, dana pengembangan perpustakaan Rp 500 juta, serta dana penghijauan sebesar Rp 500 juta.

Aksi yang melibatkan puluhan mahasiswa ini sempat memicu ketegangan di dalam kampus. Masalahnya, mahasiswa hendak melakukan penyegelan ruang belajar dalam kampus, namun dihalang-halangi pihak pengamanan. Untuk menghindari kejadian tidak diinginkan, pihak pengamanan akhirnya membiarkan mahasiswa melanjutkan aksi mereka.

Usaha penyegelan ini sebagai bentuk kekecewaan mahasiswa karena dialog yang dilakukan dengan pihak direktorat sehari sebelumnya tidak memuaskan. Selain menyegel kampus sendiri, mahasiswa juga menuntut agar Direktur Politani Pangkep, Jayadi MP mengundurkan diri. Mereka juga mendesak kepolisian serta kejaksaan mengusut dugaan penyelewenangan dana DIPA 2009 tersebut.

Ketika dikonfirmasi, Jayadi mengaku dialog tidak berlangsung mulus lantaran dia menolak permintaan mahasiswa yang mendesak diberikan dokumen proyek DIPA 2009. "Tidak mungkin saya serahkan dokumen proyek.

Itu rahasia negara. Bisa ditangkap saya kalau diserahkan. Dokumen itu hanya bisa diperiksa kejaksaan, polisi, dan lembaga terkait jika ada masalah. Tak bisa diserahkan kepada mahasiswa," tegas Jayadi yang ditemui di sebuah masjid di Kecamatan Pangkajene, Selasa 26 Januari.

Jayadi juga menolak semua tuduhan tentang adanya dugaan penyelewenangan dana DIPA 2009 itu. Menurut dia, seluruh proyek sudah terealisasi dan pertanggungjawabannya sudah dilakukan kepada Departemen Pendidikan Nasional. Kendati begitu, Jayadi menyatakan siap jika tuduhan-tuduhan itu dilaporkan kepada pihak berwajib. (aha)

-----------------

Diduga Terkait Suksesi Direktur

DIREKTUR Politani Pangkep, Jayadi MP menduga, aksi mahasiswa kemarin justru terkait suksesi direktur Politani Pangkep, Mei 2010. "Saya diminta tidak lagi mencalonkan diri sebagai direktur. Ini ada apa? Yang angkat saya menteri. Yang berhentikan juga menteri," kata Jayadi yang memimpin Kampus Politani Pangkep sejak September 2006.

Dia pun mengaku mengetahui siapa yang berada di belakang aksi mahasiswa. Dia menyebut oknum tersebut berinisial SL, seorang pegawai. "Saya sudah laporkan dia ke polisi," kata Jayadi.
Jayadi juga akan melaporkan kejadian ini kepada Menteri Pendidikan Nasional di Jakarta, hari ini.

"Saya sangat menyesalkan adanya kejadian yang sampai mengganggu aktivitas kampus dua hari. Kasihan mahasiswa yang ingin belajar, tapi diminta untuk ikut aksi," katanya. (aha)

Sumber: Harian Fajar

Pejabat dan Pengusaha Pangkep Tersangka

*Buntut Bupati-Calon Bupati Pangkep Nyaris Adu Jotos *Situasi Pangkep Tetap Siaga I *Syafruddin Nur dan Sofyan Sammana Temui Kapolres *Tiga Tersangka Dikonfrontir dengan Ibu Kandung Korban

Pangkep - Kepolisian Resort (Polres) Pangkep, Sabtu (23/1) menetapkan Kepala Kesejahteraan Rayat (Kesra) dan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbang) Pemkab Pangkep, Agus Saguni, sebagai tersangka. Bersama dua orang lainnya, Agus ditetapkan tersangka pelaku utama insiden penyerangan posko salah satu calon kontestan pemilihan kepala daerah (pilkada) di Pangkajene, Pangkep, Jumat (22/1) lalu.

Selain Agus, polisi juga menetapkan Umar Teppo dan M Saleh, sebagai tersangka kasus penyerangan dan penganiayaan terhadap Nur Ahmad alias Haji Ammar.
Korban adalah Koordinator Tim Baso Amirullah (Basmalah), salah seorang kandidat bupati, di kediamannya Jl Masjid Raya, Pangkajene.

"Pemeriksaan terus kita lanjutkan. Hasil sementara kita tetapkan tiga tersangka, salah satunya itu PNS," kata Kapolres Pangkep, AKBP Idil Tabransyah, kepada Tribun, kemarin.
Penetapan tiga tersangka ini sekaligus mengkonfirmasikan proses pemeriksaan hukum sudah meningkatkan dari tahap penyelidikan menjadi penyidikan.
Ketiganya disangkakan dengan Pasal 351 dan 170 KUHP tentang Penganiayaan. Mereka diancaman hukuman maksimal tujuh tahun penjara.

Hingga pukul 20.30 wita tadi malam, ketiga tersangka masih menjalani pemeriksaan intensif oleh tim penyidik Reskrim Polres Pangkep. Polres membentuk dua tim penyidik untuk kasus ini.
Satu tim untuk memeriksa tersangka dari kubu yang diduga penyerang, satu lagi memeriksa para saksi dari korban.

Ibu kandung saksi pelapor, Haji Ammar, Nurhayati Solong (62) tahun termasuk salah satu saksi.
"Sampai saat ini saya masih diperiksa, saya belum tahu kalau sudah tersangka," kata Agus yang dihubungi melalui ponsel Kepala Infokom Pemkab Pangkep, Abubakar.
Mengutip keterangan salah seorang penyidik, Agus mengatakan, hasil pemeriksaannya nanti akan disilang dengan keterangan para saksi, termasuk saksi pelapor. "Nanti akan dikonfrontir, mau dilihat siapa yang benar," katanya.
Agus mengatakan, dirinya bukan orang yang melakukan aksi pemukulan bersama belasan orang lain. "Saya tak ada di rumah itu. Saya ada di rumah jabatan," katanya.

Dia juga mengatakan, kedatangannya ke Polres Pangkep, atas inisiatifnya sendiri.
Saat Tribun berada di depan ruang penyisik, Agus dan tiga tersangka lainnya difoto melalui kamera ponsel Nokia milik seorang peyidik. Dia berfoto di samping musala mapolres.
"Foto ini akan kita kasi lihat sama ibu Haji Ammar, yang juga melihat Anda," kata penyidik sambil mengambil gambar.

Nurhayati dimintai ketarangan di ruang lain. Dia terlihat didamlingi seorang perempuan. Seorang sopir dan kerabat Haji Ammar yang ada di kantor polisi mengatakan, sebelum kejadia, keluarga mereka mempersiapkan cara zikir.
"Tiba-tiba banyak orang datang dari rumah jabatan bupati," katanya kepada Tribun. Samar-samar terdengar, Nurhayati bersikukuh bahwa Umar, Saleh, dan Agus masuk ke rumahnya, Dia mengalami luka lebam di mata dan dahinya.

Polisi Siaga
Kemarin, kondisi kota Pangkajene masih tegang. Aparat kepolisian masih bersiaga. Suasana ini amat terasa di Jl Masjid Raya. Sekitar 20-an mobil dengan branded sticker bergambar seragam Syafruddin Nur parkir di halaman belakang rumah jabatan bupati.
Di dalam rumah jabatan ada sekitar seratusan orang. Mereka rata-rata relawan ada juga terlihat kepala desa. Mereka membaur dengan kepala dusun dan puluhan pegawai pemkab.
Ada juga terlihat aparat berseragam dan aparat dengan pakaian sipil.
Untuk menjaga situasi, dua unit truk dalmas dari polres terparkir di antara rumah jabatan bupati dan rumah Haji Ammar.

Stiker besar Basmalah Idol yang sebelumnya terpajang di depan rumah Haji Ammar, sudah tidak ada lagi. Di rumah toko ini hanya ada aktivitas jasa layanan fotokopi dan penjualan stationary. Nyaris tak ada relawan.
Bahkan, sore harinya, sekitar pukul 15.00 wita diperoleh laporan, baliho raksasa bergambar Brigjen TNI Baso Amirullah, mantan Bupati Pangkep, sedang dikerjakan oleh tiga orang.
"Saya tak tahu apa balihonya diturunkan atau baru dianaikkan," kata Irfan, seorang warga Bungoro, di RS Pangkep, yang melihat aktivitas pascainsiden.

Kondisi ini juga kontras dengan Posko Utama Syafruddin Nur di Jl Sultan Hasanuddin Pangkep. Rumah besar dengan aneka atribut bergambar Syafruddin juga dipenuhi dengan kendaraan relawan. Posko utama ini tepat berada di depan Rumah Sakit Umum Pangkep.
Minat warga pangkep untuk mengetahui berita ini sangat tinggi. Di rumah sakit pasar, dan warung kopi, atau warung-warung internet yang tersebar di dalam kota dan Kecamatan Bungoro, juga ramai membicarkan insiden konflik terbuka antarpendukung dan kandidat yang baru terjadi sejak setahun terakhir.

Hamzah, salah seorang agen koran, menyatakan, koran-koran yang memberitakan insiden ini sudah habis terjual sejak pukul 08.00 wita. "Sampai habis Asar, masih banyak orang yang datang cari surat kabar," katanya.
Kapolres Pangkep, juga mengatakan, sampai saat ini pihaknya tetap waspada dan bersiaga. "Kita ingin pilkada di Pangkep ini berjalan damai." katanya.
Menemui Kapolres

Siang kemarin, Syafruddin datang menemui Kapolres di Mapolres Pangkep. Di saat bersamaan dua tim penyisik masih melakukan pemeriksaan terhadan para saksi dan para tersangka.
Bupati incumbent ini datang bersama dengan Sofyan Sammana, salah seorang pejabat teras Pangkep. Sofyan disebut-sebut sebagai kandidat kuat calon pendamping bendahara DPD Golkar Sulsel ini di pilkada nanti.
Pertenmuan di ruang kerja kapolres itu berlangasung tertutup. Usai pertemuan, kapolres meninggalkan tempat. Seorang polisi berpangkap briptu, menyebut kapolres dipanggil menghadap Kapolda Sulselbar di Makassar untuk meloporkan kasus ini.(zil/lim/bie/cr7)

Sumber: Tribun Timur

Rabu, Januari 27, 2010

Bupati Pangkep Dituding Sering Singgung Baso Amirullah


       Perselisihan antara kubu Baso Amirullah dengan Bupati Pangkep Syafuddin Nur sebenarnya sudah lama terjadi. Syafruddin dianggap sering menyinggung Baso Amirullah, calon lawan Syafruddin di Pilkada Pangkep Juni mendatang.

Ketua Tim Pemenangan Baso Amirullah, Haji Ammar mengatakan, beberapa hari lalu, saat penyerahan daftar isian pagu anggaran (DIPA) di ruang pola Kantor Bupati Pangkep, Syafruddin sempat menyinggung Baso Amirullah.

"Dia mengatakan, ada brigjen yang akan dibongkar kasusnya 10 tahun lalu. Dia juga sebut ada LSM yang selalu menyoroti korupsi sementara bapaknya hanya PNS dan mempunyai empang. Dari mana itu?" kata Ammar menirukan bupati.

Ucapan Syafruddin itulah yang ia tanggapi dengan saling mengirim SMS. "Saya bilang ke bupati, Kalau memang saya yang Anda maksud, lapor saja ke polisi karena saya juga punya data untuk melapor Anda dengan KKN Anda selama ini," kata Haji Ammar lagi.(*)

Bupati-Calon Bupati Nyaris Adu Jotos

  Setelah Pendukung Dua Kandidat Bupati Pangkep Berkelahi    * Jelang Pilkada, Suhu Politik di Pangkep Mulai Memanas     * Polisi Mediasi Pihak yang Bertikai      * Kapolda Minta Kontestan Pilkada Jaga Suasana Kondusif

Makassar, Tribun - Bupati Pangkep Syafrudin Nur dan calon Bupati Pangkep Basi Amirullah dikabarkan nyaris adu jotos di rumah jabatan bupati di Pangkajene, Jumat (22/1) siang.

Insiden tersebut dipicu oleh perkelahian pendukung Syafrudin dan Baso yang sama-sama akan bersaing di pemilihan kepala daerah (pilkada), Juni mendatang. Syafrudin adalah calon incumbent sedangkan Baso adalah mantan Bupati Pankep di tahun 1990-an. Baso juga perwira tinggi TNI AD berpangkat brigadir jenderal yang kini bertugas di Jakarta Adu jotos antara Baso dengan Syafrudin bisa dicegah setelah Kapolres Pangkep AKBP Idil Tabransyah turun tangan dan mendamaikan keduanya. Di Makassar, Kapolda Sulselbar, Irjen Polisi Adang Rochjana, menyesalkan adanya bentrokan dua pendukung calon kepala daerah. "Seharusnya semua kandidat dan pendukungnya bisa menjaga diri dan tidak terpancing terlibat bentrokan. Para kontestan sebaiknya mengendalikan pendukungnya masing-masing," kata Adang saat ditemui di kediaman dinas kapolda di Jl Mappaoudang, tadi malam.

Dua Versi
Penyebab bentrokan dua kelompok kandidat bupati masih simpang siur dan beredar dalam dua versi. Kepala Bagian Humas Pemkab Pangkep, Abubakar, mengatakan, adu jotos tersebut berawal dari aksi balap yang dilakukan Ketua Tim Pemenangan Basmalah (Baso Amirullah), Nur Ahmad yang akrab disapa Haji Ammar, yang mengendarai mobilnya dengan kencang di sekitar Rujab Bupati Pangkep.
"Ketika itu sekitar pukul 14.00 wita, kami baru saja salat Jumat. Biasanya kami berkumpul di sana (rujab). Tiba-tiba Haji Ammar yang mengendarai mobil dengan kencang melintas dan nyaris menabrak Umar, salah seorang rekan kami," kata Abu.
Ia menambahkan, Umar selamat karena dengan cepat melompat ke tempat yang aman. Namun sandal umar putus. Tidak terima dengan perlakuan Ammar yang kabur dengan mobilnya, Umar langsung mengejar Ammar hingga ke rumahnya.
"Kami lalu mengejar Umar. Ternyata Umar sementara berkelahi dengan Nur. Kami pun melerai mereka," kata Abu.
Umar menjelaskan, rekannya yang datang ke rumah Ammar bukan untuk menyerbu melainkan melerai perkelahian itu. "Kami memang banyak karena memang sedang berkumpul usai salat Jumat," jelasnya..
Namun Nur Ahmad memberikan penjelasan lain. Usai melapor ke Polres Pangkep, Nur menuturkan kisahnya ke Tribun via telepon.
Nur membantah disebut nyaris menabrak sejumlah orang yang sedang berkumpul di depan rujab. "Kasi ketemu saya dengan Abu, siapa yang mau menabrak, saya tidak pernah balap-balap apalagi mau menabrak orang," ujar Nur.
Menurut Nur, sekitar pukul 15.00 dia sedang ber-SMS-an dengan Syafruddin tentang kasus-kasus Syafruddin di Pangkep. "Ketika itu saya akan menjawab SMS bupati, tiba-tiba pendukungnya dari rujab datang mengeroyok saya. Siapa yang tahu saya baku SMS dengan bupati selain bupati sendiri," kata Nur.
Akibat pengeroyokan itu, Nur mengakui pipinya lecet. Setelah dikeroyok ia langsung melaporkan hal itu ke Polres Pangkep. Sementara Abubakar mengatakan, Umar juga sudah melaporkan Nur ke polisi karena nyaris menabraknya.
Nur menjelaskan, pada beberapa hari lalu saat penyerahan DIPA di ruang pola kantor Bupati Pangkep, Syafruddin menyinggung Baso.
"Dia mengatakan, ada brigjen yang akan dibongkar kasusnya 10 tahun lalu. Dia juga sebut ada LSM yang selalu menyoroti korupsi sementara bapaknya hanya PNS dan mempunyai empang. Dari mana itu?," kata Nur menirukan bupati.
Ucapan Syafruddin itulah yang dia tanggapi dengan saling mengirim SMS. "Saya bilang ke bupati, Kalau memang saya yang Anda maksud, lapor saja ke polisi karena saya juga punya data untuk melapor Anda dengan KKN Anda selama ini," kata Nur lagi.
"Sementara ingin membalas SMS bupati, saya langsung dikeroyok anggotanya yang datang dari rumah jabatan," jelasnya.
Ditangi Polisi
Kapolres Pangkep, AKBP Idil Tabransyah, mengatakan, penganiayaan terhadap Nur sementara ditangani. "Korban adalah salah seorang pendukung salah seorang calon Bupati Pangkep, kami dari polres langsung melakukan antisipasi dengan mempertemukan dua pihak yang berseteru," kata Idil.
Idil mengaku sudah mempertemukan tiga kandidat bupati, Syafrudin Nur, Baso Amirullah, dan Syamsuddin Hamid Batara agar masalah ini tidak meluas.
"Kami minta semua kandidat menahan diri sekaligus mengimbau warga yang punya idola masing-masing jangan sampai saling menyinggung," katanya.
Polres Pangkep sudah mengantongi nama yang terlibat dalam pemukulan Nur. "Kami akan panggil secara baik-baik, kalau tidak datang, tentu kami jemput," ujarnya.
"Korban mengalami luka pada bagian muka, para pelaku bisa dijerat Pasal 351 dan 170 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun," tegas Idil.(cr7/axa/lim)

Memanas
Keributan antara pendukung dua calon bupati tersebut membuat warga di sekitar Rujab Bupati Pangkep geger. Warga khawatir aksi tersebut berkembang dan membuat suhu politik di Pangkep semakin memanas meski pilkada baru digelar Juni mendatang.
Warga berharap para kandidat dan tim sukses bisa menahan diri dan tidak melakukan provokasi satu sama lain. "Kalau kondisinya seperti ini, jelas kami was-was. Apalagi, ada kandidat yang sudah mengerahkan pendukung secara terang-terangan dalam jumlah besar," kata seorang warga Pangkajene.


Akitivis Demo
Kepada Tribun, Nur mengaku terlambat turun ke lantai satu menemui para "tamu" itu karena sedang asyik SMS di lantai dua rumahnya.
"Ada beberapa orang yang memukul, tapi yang saya tahu dan ingat hanya Haji Saleh dan Usman Teppo. Yang lain saya tidak ingat," jelas Nur dengan suara yang bergetar karena mengaku wajahnya masih sakit kalau banyak goyang.
Setelah kejadian nahas itu, kediaman Nur dijaga sejumlah aparat kepolisian. Di Pangkep, Nur dikenal sebagai aktivis yang kerap memimpin demo.
Dia pernah ditahan beberapa hari di Polres Pangkep karena dilapor oleh mantan Bupati Pangkep Gaffar Patappe. Kala itu, Gaffar mengaku dicemarkan nama baiknya oleh Nur yang memimpin demo atas nama Forlak menuntut dugaan korupsi di Pangkep diusut.
Sehari sebelum "diserang", Nur memimpin aksi ke DPRD Pangkep. Di depan legislator, Nur meminta pihak berwenang mengusut dugaan korupsi yang ditengarai melibatkan Bupati Pangkep Syafrudin Nur.
Nur bahkan meminta KPK serius mengusut keterlibatan Syafrudin dalam kasus mobil pemadan kebakaran (damkar) yang telah menyeret mantan Wali Kota Makassar Baso Amiruddin Maula ke balik jeruji besi.

Sumber: Tribun-Timur