Kamis, Januari 28, 2010

Pejabat dan Pengusaha Pangkep Tersangka

*Buntut Bupati-Calon Bupati Pangkep Nyaris Adu Jotos *Situasi Pangkep Tetap Siaga I *Syafruddin Nur dan Sofyan Sammana Temui Kapolres *Tiga Tersangka Dikonfrontir dengan Ibu Kandung Korban

Pangkep - Kepolisian Resort (Polres) Pangkep, Sabtu (23/1) menetapkan Kepala Kesejahteraan Rayat (Kesra) dan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbang) Pemkab Pangkep, Agus Saguni, sebagai tersangka. Bersama dua orang lainnya, Agus ditetapkan tersangka pelaku utama insiden penyerangan posko salah satu calon kontestan pemilihan kepala daerah (pilkada) di Pangkajene, Pangkep, Jumat (22/1) lalu.

Selain Agus, polisi juga menetapkan Umar Teppo dan M Saleh, sebagai tersangka kasus penyerangan dan penganiayaan terhadap Nur Ahmad alias Haji Ammar.
Korban adalah Koordinator Tim Baso Amirullah (Basmalah), salah seorang kandidat bupati, di kediamannya Jl Masjid Raya, Pangkajene.

"Pemeriksaan terus kita lanjutkan. Hasil sementara kita tetapkan tiga tersangka, salah satunya itu PNS," kata Kapolres Pangkep, AKBP Idil Tabransyah, kepada Tribun, kemarin.
Penetapan tiga tersangka ini sekaligus mengkonfirmasikan proses pemeriksaan hukum sudah meningkatkan dari tahap penyelidikan menjadi penyidikan.
Ketiganya disangkakan dengan Pasal 351 dan 170 KUHP tentang Penganiayaan. Mereka diancaman hukuman maksimal tujuh tahun penjara.

Hingga pukul 20.30 wita tadi malam, ketiga tersangka masih menjalani pemeriksaan intensif oleh tim penyidik Reskrim Polres Pangkep. Polres membentuk dua tim penyidik untuk kasus ini.
Satu tim untuk memeriksa tersangka dari kubu yang diduga penyerang, satu lagi memeriksa para saksi dari korban.

Ibu kandung saksi pelapor, Haji Ammar, Nurhayati Solong (62) tahun termasuk salah satu saksi.
"Sampai saat ini saya masih diperiksa, saya belum tahu kalau sudah tersangka," kata Agus yang dihubungi melalui ponsel Kepala Infokom Pemkab Pangkep, Abubakar.
Mengutip keterangan salah seorang penyidik, Agus mengatakan, hasil pemeriksaannya nanti akan disilang dengan keterangan para saksi, termasuk saksi pelapor. "Nanti akan dikonfrontir, mau dilihat siapa yang benar," katanya.
Agus mengatakan, dirinya bukan orang yang melakukan aksi pemukulan bersama belasan orang lain. "Saya tak ada di rumah itu. Saya ada di rumah jabatan," katanya.

Dia juga mengatakan, kedatangannya ke Polres Pangkep, atas inisiatifnya sendiri.
Saat Tribun berada di depan ruang penyisik, Agus dan tiga tersangka lainnya difoto melalui kamera ponsel Nokia milik seorang peyidik. Dia berfoto di samping musala mapolres.
"Foto ini akan kita kasi lihat sama ibu Haji Ammar, yang juga melihat Anda," kata penyidik sambil mengambil gambar.

Nurhayati dimintai ketarangan di ruang lain. Dia terlihat didamlingi seorang perempuan. Seorang sopir dan kerabat Haji Ammar yang ada di kantor polisi mengatakan, sebelum kejadia, keluarga mereka mempersiapkan cara zikir.
"Tiba-tiba banyak orang datang dari rumah jabatan bupati," katanya kepada Tribun. Samar-samar terdengar, Nurhayati bersikukuh bahwa Umar, Saleh, dan Agus masuk ke rumahnya, Dia mengalami luka lebam di mata dan dahinya.

Polisi Siaga
Kemarin, kondisi kota Pangkajene masih tegang. Aparat kepolisian masih bersiaga. Suasana ini amat terasa di Jl Masjid Raya. Sekitar 20-an mobil dengan branded sticker bergambar seragam Syafruddin Nur parkir di halaman belakang rumah jabatan bupati.
Di dalam rumah jabatan ada sekitar seratusan orang. Mereka rata-rata relawan ada juga terlihat kepala desa. Mereka membaur dengan kepala dusun dan puluhan pegawai pemkab.
Ada juga terlihat aparat berseragam dan aparat dengan pakaian sipil.
Untuk menjaga situasi, dua unit truk dalmas dari polres terparkir di antara rumah jabatan bupati dan rumah Haji Ammar.

Stiker besar Basmalah Idol yang sebelumnya terpajang di depan rumah Haji Ammar, sudah tidak ada lagi. Di rumah toko ini hanya ada aktivitas jasa layanan fotokopi dan penjualan stationary. Nyaris tak ada relawan.
Bahkan, sore harinya, sekitar pukul 15.00 wita diperoleh laporan, baliho raksasa bergambar Brigjen TNI Baso Amirullah, mantan Bupati Pangkep, sedang dikerjakan oleh tiga orang.
"Saya tak tahu apa balihonya diturunkan atau baru dianaikkan," kata Irfan, seorang warga Bungoro, di RS Pangkep, yang melihat aktivitas pascainsiden.

Kondisi ini juga kontras dengan Posko Utama Syafruddin Nur di Jl Sultan Hasanuddin Pangkep. Rumah besar dengan aneka atribut bergambar Syafruddin juga dipenuhi dengan kendaraan relawan. Posko utama ini tepat berada di depan Rumah Sakit Umum Pangkep.
Minat warga pangkep untuk mengetahui berita ini sangat tinggi. Di rumah sakit pasar, dan warung kopi, atau warung-warung internet yang tersebar di dalam kota dan Kecamatan Bungoro, juga ramai membicarkan insiden konflik terbuka antarpendukung dan kandidat yang baru terjadi sejak setahun terakhir.

Hamzah, salah seorang agen koran, menyatakan, koran-koran yang memberitakan insiden ini sudah habis terjual sejak pukul 08.00 wita. "Sampai habis Asar, masih banyak orang yang datang cari surat kabar," katanya.
Kapolres Pangkep, juga mengatakan, sampai saat ini pihaknya tetap waspada dan bersiaga. "Kita ingin pilkada di Pangkep ini berjalan damai." katanya.
Menemui Kapolres

Siang kemarin, Syafruddin datang menemui Kapolres di Mapolres Pangkep. Di saat bersamaan dua tim penyisik masih melakukan pemeriksaan terhadan para saksi dan para tersangka.
Bupati incumbent ini datang bersama dengan Sofyan Sammana, salah seorang pejabat teras Pangkep. Sofyan disebut-sebut sebagai kandidat kuat calon pendamping bendahara DPD Golkar Sulsel ini di pilkada nanti.
Pertenmuan di ruang kerja kapolres itu berlangasung tertutup. Usai pertemuan, kapolres meninggalkan tempat. Seorang polisi berpangkap briptu, menyebut kapolres dipanggil menghadap Kapolda Sulselbar di Makassar untuk meloporkan kasus ini.(zil/lim/bie/cr7)

Sumber: Tribun Timur

0 komentar: